Minggu, 21 Oktober 2012

RAGAM SENI BUDAYA MELAYU




RAGAM SENI BUDAYA MELAYU RIAU

DALAM

TEATER BANGSAWAN
Oleh : Temul Amsal




 PENDAHULUAN

        Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan keindahan perasaan keindahan manusia ini nampak dalam ungkapan-ungkapan perasaan yang dituangkan melalui bentuk karya seni, seperti seni suara, musik, tari, teater, seni rupa dan berbagai kerajinan, tata busana, tata rias rambut, disamping itu juga termasuk bangunan dan tata hias ruang. Dalam seni sastra antara lain sajak, syair, pantun, berbagai jenis cerita dan nyanyi panjang,dsb.

          Karya-karya seni tersebut, secara langsung ataupun tidak dipengaruhi oleh pandangan hidup Sang Seniman sebagai penciptanya, yakni lingkungan fisik, lingkungan social budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

          Orang Melayu yang sebahagian besar bermukim di daerah Riau memiliki jenis kesenian tersebut di atas. Jenis kesenian ini begitu berfariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Perbedaan ini terjadi karena pembauran dengan berbagai unsure seni yang masuk dari daerah lain, serta pengaruh likungan fisik social budaya daerah masing-masing.




RAGAM BUDAYA MELAYU
DALAM  PAGELARAN TEATER BANGSAWAN

          Ragam Budaya Melayu yang terkandung dalam Teater Bangsawan, antara lain :

a.      Tokoh / Peran

  Dalam Teater bangsawan, biasanya tokoh/peran yang ditampilkan terdiri dari :
-         sultan / raja
-         permaisuri
-         putra mahkota / putrid
-         datuk bendahara
-         dukun
-         panglima
-         serta rakyat biasa.

b.     Bahasa

    Dalam Teter Bangsawan masih digunakan bahasa Melayu, tetapi dalam    perkembangan terakhir, karena pagelarannya sudah banyak di tonton oleh masyarakat luas dari berbagai daerah dipakai bahasa Indonesia., namun masih tetap mempertahankan seni keindahan bahasa Melayu yang terdiri dari :

-         syair
-         petata-petitih / ungkapan
-         puisi
-         pantun
-         gurindam
-         bahasa berantai  dsb.


        -   syair :

Syair biasanya merupakan bagian pembuka dan penutup pertunjukan. ada juga yang dibuat sebagai pemisahan babak. Contoh  sbb :


             SERIKANDI ZUBAIDAH

             Tersebut kisah zaman dahulu
             Seorang putrid elok terlalu
             Zubaidah namanya sudahlah tentu
             Dipelalawan tempatnya meletakkan hulu

             Zubaidah putri sangat suka cita
             Bertunangan dengan seorang perwira
             Panglima kerajaan yang sangat setia
             Kudin namanya pendekar Negara

             Suatu hari si Kudin pendekar
             Ditugaskan Sultan pergi beredar
             Menghadang musuh kebenteng besar
             Meninggalkan kekasihnya berhati gobar

              Ditakdirkan oleh Tuhan Rabbana
              Musuh yang kalah bermuslihat pula
              Benteng besar berpindah kuasa
              Kudin pendekar terluka parah

              Disaat demikian Zubaidah datang
              Melihat kekasihnya sedang mengerang
              Diikatnya kain keris dipinggang
              Bertekat mati sama digelanggang

     (Banjir Darah di Mempusun: Essa Putra Assaggaf)



LANCANG KUNING

                           Lakon ini kami sembahkan
                         Kepada hadirin penonton budiman
                         Cerita rakyat penuh teladan
                         Kesah sejarah jadi pedoman

                          Lancang kuning nama perahu
                          Kanaikan Laksemana dibukit batu
                          Perahu tempahan susah ditiru
                          Bentuknya indah elok terlalu

                         Suatu hari Datuk Laksemana
                         Hatinya sedih gundah gulana
                         Rakyatnya letih menguras tenaga
                         Lancang tak turun dari galangnya

                         Seorang panglima bernama Hasan
                         Berbuat nekat mengkhianati teman
                         Isteri Umar dijadikan korban
                         Menurunkan lancang ketengah lautan

                         Umar marah bukan kepalang
                         Ia mengamuk sambil meradang
                         Menuduh Laksemana berbuat curang
                         Melampiaskan dendam tanpa ditimbang
                                                             --------
                            ( Lancang Kuning …..Temul Amsal)



            -  dialog dalam bentuk petata-petitih / ungkapan :

Percakapan antara pelaku, yang memperguna kan petata-petitih pada adegan-adegan tertentu  seperti :

ALANG LOMA
Aku lelaki, Puan Suri.

PUAN SURI
Seorang lelaki, senantiasa membusungkan dada. Berkata jujur dan setia.

ALANG LOMA
Kejujuran tak lagi punya arti
Kesetiaan tak lagi punya makna
Kini semua sudah berubah
Yang melempar, menyembunyikan tangan
Yang berkata, menyembunyikan lidah.

PUAN SURI
Justeru itu kita harus tetap pada pendirian.
Mana yang tegak ditegakkan
Mana yang duduk didudukkan
Kanda dengar itu ?

ALANG LOMA
Aku mendengarnya, Puan Suri
Menolak permintaan Raja, sama dengan menghempaskan kaca kemuka. Kita sendiri yang terluka.

PUAN SURI
Mati membela kebenaran, jauh lebih terpuji,
dari hidup memendam dendam.

ALANG LOMA
Tenanglah !  Biar kanda yang bicara.
Dinda pergilah bersembunyi !

PUAN SURI
Bersembunyi ? bukankah itu ucapan perempuan.

ALANG LOMA
Suara perempuan yang keluar dari mulut seorang lelaki, akan lebih terpuji dari perempuan itu sendiri yang meneriakkan suara jantan.

PUAN SURI
Ungkapan yang memalukan. Sungguh menjijikan.

ALANG LOMA
Kita rakyat, Puan Suri. Sadarilah itu.

PUAN SURI
Seekor kucing peliharaanpun akan marah, jika dipaksa menjilat nanah yang mengalir dikaki tuannya

ALANG LOMA
Kau terlalu berburuk sangka,PuanSuri.




-         dialog dalam bentuk puisi sbb :


Perhatikan kata-kata dalam bentuk puisi di bawah ini :

                           PUAN SURI :

Kanda  !
Si pendurhaka itukah yang kanda bela.
Panglima zalim itukah yang kanda sembah.
Sultan Syah Alam dibunuhnya.
Tahta kerajaan dirampasnya.
Perbuatan itukah yang dibangga.

                                                 ( Puang …..Temul Amsal)

                             ALANG LOMA : 

  perkasa, bukan mencencang sembarangan.
             gagah, bukan berarti membusungkan dada.
             menapak, harus penuh perkiraan.
             melangkah, harus penuh perhitungan
  surut, bukanlah menyerah dalam pertempuran.
             luka, bukanlah kalah dalam pertarungan.
kita menanti dan menanti.
             saat itu pasti tiba.....
jalak akan datang dengan payung kemenangan.

                                                 ( Puang …..Temul Amsal)



                          ALANG LOMA :  

        entahlah. (pause).
        panglima tanpa raja…..
        bagaikan parang kehilangan mata.
                               panglima tanpa sultan….
        bagaikan pedang tak bertuan.
        aku takkan mampu berdiri sendiri.

                                                 ( Puang …..Temul Amsal




           - dialog dalam bentuk pantun :

                             Percakapan antara pelaku, selain mempergunak an kata-kata biasa, pada adegan-adegan terten tu kata-kata tersebut diucapkan dalam untaian pantun, seperti :  percakapan antara Hulubalang  Sabak Auh dan Panglima Kudin dalam cerita “Hancurnya Benteng Mempusun” tulisan Essa Putra Asaggaf berikut ini :

SABAK AUH: 

tanam cendawan dikayu mati
                      sesudah mati dibuat sayur
                      tuan pahlawan berani ati
                      hamba pahlawan berani hancur


                     KUDIN     

                     sungai rengas tanahnya subur
                     tempat orang bertanam ubi
                     sungguh pandai tuan menghibur
                      pantaslah orang kepercayaan negeri

                    SABAK AUH: 

                     tanam delima tumbuh delima
                     tumbuh mari diatas kayu
                      tuan panglima hamba panglima
                      belum dicoba belumlah tahu

----------

c.      tekhnik permainan :

          Dalam tekhnik permainan ini banyak sekali digambarkan bagaimana sikap seseorang terhadap orang lain yang berada di sekitarnya. Sikap bawahan terhadap atasan, cara seorang masyarakat biasa menghormati pimpinan, sikap orang muda berhadapan dengan orang tua dan sebagainya.

d.     pementasan :

             Pementasan teater bangsawan tidak terlepas dari menghadirkan unsure seni musik dan tari melayu disamping suguhan lawak yang biasanya diperankan oleh Bujang Selamat. Seni musik dan tari tersebut selalu hadir dalam pertukaran babak maupun dalam lakon cerita yang dipagelarkan.



Penutup
          Saya menyadari, betapa banyaknya corak ragam seni budaya Melayu, khususnya di Riau ini , namun saya rasa cukup memadailah dalam waktu yang singkat ini, saya mengam bil contoh dan merujuk pada Teater Bangsawan, karena justru cabang kesenian ini merupa kan cabang kesenian yang komfleks.

          anak muda pakai kopiah
          kepala kain sebelah dikiri
          kalau ada silap dan salah
          jangan dijalin dalam hati






Pekanbaru, 19 Oktober 2012

                                                                                               Temul Amsal